Dosen Ali Muhli,SE.MM. Tugas Ekonomi Internasional Kelompok 3 (Bagian 2)
Anggota Kelompok:
Audina Oktavia Aulia
Murningtyas Nanda Putri
Nabila Fitria N
Nuraini Herliana
Putri Nurdianty
Riyanto
Sylvie Wulandari
Tiara Risti
8.3 MODAL
Sepertihalnya tenaga kerja, modal merupakan sumber pertumbuhan ekonomi suatu negara, baik modal yang
berasal dari dalam maupun luar negeri, namun bedanya, modal relative lebih mudah pindah dari satu Negara kenegara lain dengan tujuan memperoleh pendapatan. Tentu saja perpindahan ini harus didukung adanya kebijaksanaan pemerintah yang tidak melarang arus modal masuk dan keluar.
Untuk Negara penerima pinjaman luar negeriatau investasi dari luar negeri dapat mendorong pertumbuhan. Modal
asing sangat perlu mana kala Negara belum bias membuat barang modal itu sendiri atau kalua dibuat sendiri biayanya mahal. Meskipun barang modal itu harus diimpor tidak berarti hanya bias dibiayai dengan pinjaman luarnegeri saja, tetapi juga dapat dibiayai dari sumber dalam negeri yang diarahkan untuk produksi ekspor yang dengan devisa yang diperoleh dapat dipakai untuk membiayai impor barang modal.
Untuk menhelaskan efek modal luar negeri terhadap produksi dan pendapatan, secara sederhana terhadap kita anggap bahwa modal luarnegeri
(uang) tersebut digunakan untuk membeli barang modal dari luar negeri ;dan barang modal tersebut sama baiknya antara dalam maupun luar negeri. Masalahnya adalah penentuan besarnya pinjaman luarnegeri yang harus diambil. Untuk pinjaman luarnegeri Negara peminjam harus membayar biaya bunga. Apabila pinjaman luarnegeri ini dapat mendorong pertumbuhan,
kontribusinya melebihi biaya, maka secara ekonomi tidak menimbulkan masalah.
Misalkan tenaga kerja, teknologi dan factor produksi lain tidak berubah maka berdasar hokum hasil pertambahan produksi yang menurun(
deminshing return ) tambahan modal akan mengakibatkan tambhan hasil yang semakin menurun. Sampai satu titik tertentu sama dengan biaya pinjaman. Dalam keadaan demikian dikatakan bahwa daya absorpsi yang berkaitan dengan modal luar negeri terbatas. Kurva AM
adalah nilai produk marjinal( marginal
value product). Misalnya OH adalah jumlah modal yang dimiliki, maka output
total adalah daerah
OACH, di mana BAC menunjukan upah riil yang dibayarkan kepada factor produksi lainnya dan OBCH menunjukan penerimaan modal yang
diinvestasikan dengan pendapatan (yield)
sebesar OB.
Misalnya negera itu mengadakan pinjaman luarnegeri sehingga modal total
menjadi OJ. Output total naik menjadi
OAGJ, dengan kenaikan sebesar HCGJ dan pendapatan produksi(return) naik dan DBCG menjadi DAG.
Dari jumlah modal sebesar OJ, yang dimiliki oleh Negara itu hanya OH, sehingga penghasilannya turun dari OBCH menjadi ODEH.
Sisanya yang sebesar HEGJ dibayarkan kepada pemilik modal
luarnegeri.
Pendapatan pemili modal dalam negeri turun sebesar DBCE dan pindah kepada pemilik factor produksi lainnya yang
produktivitasnya naik.
Output total naik dengan
HCGJ, di mana yang sebesar ECG untuk factor produksi nonmodal dan sisanya sebesar HEGJ dibayarkan kepada pemilik modal
luarnegeri pada pendapatan sebesar OD. Dalam kondis ini laiproduk marjinal yang menurun pinjaman luarnegeri cenderung menyebabkan terjadinya redistribusi pendapatan dari pemilik modal kepada pemilik factor produksi lainnya di negera yang
mengimpor modal. Tentunya saja hal ini akan terjadi apabila kita anggap kurva nilai produksi marjinal stabil (tidakbergeser)
Apabila pemilik modal luar negeri menghendaki pendapatan sebsar OD, maka absorpsi total untuk pinjaman luarnegara itu sebesar HJ. Jika kurva nilai produk marjinal turun, misalnya menjadi CM’ maka absorpsi modal Negara turun menjadi HI. Penambhan
modal melebihi OH apabila tidak produktif dan dengan demikian pendapatan nol, maka daya absorpsi modal Negara itu juga akan nol.
Dalam kaitan dengan ini, apabila kita bicara daya absoprsi modal, maka
yang perlu diperhatikan adalah lereng kurva nilai produksi marjinal diatas modal yang sudah tersedia didalam negeri ( sebelah kanan titik C).
8.4 Perpindahan Modal Antardua Negara
Modal keseluruhan yang dimilik oleh kedua negera adalah OO; di mana
negara I (maju) memeiliki sebanyak
OC dan negara
II (berkembang) sebanyak O’C. Kurva nilai produk marjinal masing-masing adalahan MVPI dan MVPII .Dalam keadaan persaingan, pendapatan factor produksi (retrun) akan sama dengan nilai produk marjinal.
Sebelum adanya transfer modal,
negara I akan menanamkan
modal seluruhnya (OC) didalam negeri dengan pendapatan sebesar OK.
Output
total OXGC di mana OKGC diterima oleh pemilik modal dan KXG
untuk factor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja). Sama halnya negara II semua modalnya (O’C) ditanam
di dalam negeri dengan pendapatan sebesar O’J, output
total O’YIC di mana O’JIC diterima oleh pemilik modal dan sisanya (JYI) diterima oleh pemilik factor produksi lainnya
Dengan adanya transfer modal
dari negara
I ke negara
II, maka negara
I akan menanamkan sebanyak OD di dalam negeri dan DC ditransfer kenegera II dengan pendapatan sebesar OE. Output
total negara I sebesar OXFD masih harus ditambah dengan yang diperoleh dari negara II sebesar DFHC
sehingga diperoleh pendapatan nasional sebesar OXFHC. Dengan
transfer modal ini pendapatan negara I naik sebesar FHG ( yakni
OXFHC – OXGC = FHG ), sehingga negera pemberi pinjaman (negara I)
memperoleh keuntungan.
Pendapatan untuk factor produksi nonmodal turun dari KXG menjadi EXF
dan pendapatan
modal naik dari
OKGC menjadi OEHC.
Untuk Negara peneriman pinjaman (negara II)
masuknya modal sebesar CD menyebabkan pendapatan turun dariO’j menjadi O’I. output naik dari O’YIC mejadi O’YFD
atau sejumlah
CIFD ( yakni O’YFD – O’YIC = CIFD ). Dari kenaikan ini sejumlah CGFD
dibayarkan kepada pemilik modal negera I
sehingga keuntungan
yang berupa kenikan pendapatan negera II adalah HIF (
yakni CIFD – CHFD = HIF ). Pendapatan untuk pemilik modal dalam negeri turun dari O’JIC menjadi
O’LHC, sedangkan pendapatan pemilik factor produksi nonmodal naik dari JYI menjadi LYF.
Secara keseluruhan (negera I
dan II) produksi total mengalamikenaikandari OXGC + O’YIC menjadi OXFD + O’YFD
ataysejumlah FHG + HIF (daerah yang bergaris). Makin lambat turunnya nilai produk marjinal maka akan makin besar keuntungan yang
diterima melalui pinjaman luarnegeri.
Sumber : Ekonomi
Internasional Edisi 3 oleh Nopirin, Ph.D
Comments
Post a Comment